KISAH MELA [2] END.

 HALO WAK!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh! Selamat pagi, siang, sore, ataupun malam, udh kapan kau baca ajalah wak! wkwk

Jadi, aku akan menyambung kisah inspiratif dari salah satu temanku. Beliau bersedia untuk menceritakan perjuangan dan semangatnya untuk tetap belajar dikala ia sedang sakit.

https://jliatrianglelife.blogspot.com/2020/06/kisah-mela-1.html

Silahkan baca bahagian 1 dulu ya wak, biar nyambung lah kalian bacanya.


KISAH MELA [2]

Namaku Mela. Aku lulus tahun ini. Setelah melewati banyak rintangan demi mengenyam pendidikan,ditahun yang penuh rintangan itu telah kulalui. 

-----

Kenyataan pahit yang harus ku telan ialah ibuku tiada saat melahirkanku. Aku belum pernah sama sekali melihatnya,mungkin hanya sebatas foto. Namun,tak dapat mengganti rasa rindu yang amat dalam kepada malaikat tak bersayapku. Setelah lahir, aku dibawa ke kota L bersama Ayahku. Dan sampai akhirnya, Kakak perempuanku mengajak untuk tinggal bersamanya di kota P. Saat itulah,aku mengetahui bahwa aku memiliki seorang saudara kembar dan kabar kematian ibu kandung ku.

Faktanya, ayahku menikah lagi di kota L. Dan aku dibawa kesana untuk tinggal bersama istri barunya. Tapi,setelah aku dibawa ke kota P, disinilah aku menjalani masa masa pendidikanku. Dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,dan Sekolah Menengah Atas pun aku lalui di kota P. Aku diterima dengan baik oleh kerabat sanak saudara disini. Sampai akhirnya,mereka bercerita bahwa aku memiliki kelainan jantung.

Lagi-lagi, aku kembali menelan pil pahit itu. Harus bolak-balik rumah sakit untuk berobat, rasanya seperti sudah jadi kebiasaanku sejak kecil. Dari mulai obat yang berbentuk sirup, tablet atau kapsul semua sudah kucoba. Sampai ketika aku duduk dibangku kelas 4 SD, obat-obatan itu sudah jarang ku minum. Dan dari situlah,aku mulai ikut berkegiatan sama seperti anak-anak lain. Dengan beranjak umurku, ketika SMA aku diperbolehkan ikut kegiatan berat. Seperti Ekstrakurikuler olahraga Volly dan Pramuka. Sakit itupun tak pernah lagi aku rasakan. 

Sampai suatu ketika,tubuhku kembali drop dan dibawa kerumah sakit. Kebetulan,itu adalah masa masaku dalam menjalani Ujian Semester. Berat rasanya meninggalkan ruang ujian. Namun kondisiku yang tidak memungkinkan,aku dibawa ke Unit Kesehatan Sekolah. Sebenarnya, aku merasa tubuhku sudah mulai drop ketika aku sedang berlatih untuk ujian praktek. Rasanya kaki ku tak dapat menopang tubuh ini. Lemas,panas dan nafas ku sesak. Tapi semua rasa sakit itu kutahan,demi nilai ku. Aku tidak mau latihan ku selama berminggu-minggu akan jadi sia-sia.

Hingga puncaknya pun, rasa sakit itu semakin menjadi ketika aku sedang melaksanakan ujian. Tubuhku limbung ketika digotong ke UKS. Untungnya,aku sudah selesai mengerjakan soal. Malamnya, aku dibawa ke dokter ahli penyakit dalam. Dokter mengatakan bahwa ia tak mampu menangani penyakitku. Akupun dirujuk rawat inap ke salah satu rumah sakit umum yang ada di kota ini. Tubuhku di ronsen, jantungku diperiksa dan entahlah. Terlalu banyak hingga aku lupa apa saja yang dokter lakukan terhadapku. Dan itupun,masih belum diketahui pasti sebenarnya ada apa dengan jantungku.

Dan akhirnya,dokter spesialis jantung pun memberitahuku. Bahwa Jantungku bocor. 

Ada salah satu katup di jantungku yang terbuka,tidak dapat diperbaiki karena itu ada sejak aku lahir. Sampai sekarang, katup itu masih terbuka.  Aku disarankan meminum obat untuk membuang cairan yang ada di katup jantung. Tapi sekarang, bukan hanya katup jantung,merambat ke serambi kanan dan serambi kiri. Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak mengambil jalan operasi.

Dokter bilang,aku tidak dapat lagi dioperasi. 

Karena umurku yang sudah 17 tahun. 

Bukan karena aku ikut ekstrakurikuler yang membuat tubuhku drop. Justru kegiatan itulah yang membuatku bahagia, membuatku mengerti artinya kebersamaan, dan memberiku pengalaman dalam menjalankan tugas. Aku sama sekali tidak terbebani. Yang aku sesali,mengapa ibuku mengorbankan nyawanya untuk ku?  Mengapa ia meninggalkan penyakit ini padaku? Dan yang menyakitkan lagi, di umurku yang 17 tahun ini aku baru tau bahwa kelainan yang aku alami malah semakin menjadi-jadi. Yang seharusnya aku masih bisa sembuh jika umurku belum 17 tahun.

Di umurku yang sekarang, aku tidak bisa lagi bebas merasakan kebahagiaan remaja-remaja putri yang baru pubertas. Bermain bersama sahabat-sahabatku, pergi jalan bersama mereka atau bahkan belajar bersama. Masa-masa kelulusan ku rasanya hampa. Tubuhku tidak mendukungku untuk kegiatan menyenangkan itu.

Andaikan aku yang pergi, bukan ibuku. Pasti tak akan jadi begini. Andaikan ibuku tak mengorbankan nyawanya,pasti kakak-kakak ku dapat merasakan kembali kasih sayang seorang ibu.

Dan semua nya hanya andai-andai yang ada diotakku. 

Kalian boleh marah kepadaku,mengganggap aku tidak bersyukur dengan kehidupan yang telah ibuku korbankan. Tapi yang harus kalian tau,aku teramat menyayanginya hingga rasanya bertukar nyawa pun aku rela demi mengembalikannya kembali ke dunia ini. Karena aku,sayang ibuku.

End.

Boleh kasih pesan-kesannya dikomentar, wak?

Jujur aku nangis pas susun cerita demi cerita ini, ga nyangka aku sama dia yang keliatannya biasa-biasa aja ternyata menyimpan banyak banget luka. 

Kita doakan semoga temanku cepat sembuh ya wak.. syafakillah mela💝

KABAR UPDATE : 

Innalillahi wainnailaihi rojiun,

Mela telah terlepas dari sakitnya..

Mela pulang mendahului kita semua..

Husnul Khotimah mela sayang..


Salam sayang,

-Triangle.

Komentar

Postingan populer dari blog ini